Selasa, 10 Juli 2012

Pulau Sempu, semua harus bilang WOOOOWWWw..........

Kali ini di hari ke 7 bulan ke 7 ane bareng temen temen ane melancong ke pulau sempu.Sebuah pulau cantik mempesona yang terletak di sebelah selatan kota Malang.
Berangkat jam 07.30 dari kota pandaan,dengan mobil panther berpenumpang 8 orang,kami menempuh perjalanan yang cukup panjang. Selain tidak tahu medan,maklum pendatang hehehe ,kami juga buta dengan daerah malang. Tapi dengan Bermodalkan niat,nekat,doa dan Gadget tentunya, Alhamdulillah sampai juga kita di pantai sendang biru pukul 11.30. Cukup melelahkan memang harus menempuh 4 jam perjalanan darat. Dan untuk mencapai pulau sempu kita harus melanjutkan perjalanan via kapal.
Setelah sholat dzuhur dan isi perut ( maklum belum perut kosong dari pagi ) dengan semangkok bakso dan sebatang lontong, kami mulai berbagi tugas.Dan aq kebagian tugas ngurus ijin ke komando angkatan laut ( pemilik kapal gak akan berangkat tanpa ijin dari komando AL) diantar oleh tourguide kami. Di markas, salah satu petugas ceramah tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan di pulau. Setelah itu saya disuruh untuk menulis buku tamu ( Segara Anakan sebagai tujuan kami) dan membuat surat pernyataan dan tak lupa juga uang administrasi. Ijin didapat, kapal juga sudah siap, kamipun siap menyeberang.

Sekitar 15 menit menyeberang, kali ini tanpa jackpot, sampailah kami di pulau sempu. Kapal yang mengantar kamipun, meninggalkan kami dan sang guide. Kami harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam lagi dengan berjalan kaki untuk sampai di Segara Anakan.
Sejenak membayangkan, berjalan di tengah hutan, sepi tanpa penjual kopi atau gorengan di sepanjang perjalanan,belum nanti kalau ada harimau atau binatang buas.Arrrggghh,,,,,buang jauh- jauh pikiran seperti itu...Let’s move on guys J.

Perjalanan sesungguhnya dimulai,disinilah kekuatan fisik kita diuji, jalanan yang penuh dengan akar tumbuhan yang melintang, pohon tumbang  dan kadang harus naik turun medan harus kita lalui. Disini diperlukan bekal air minum yang cukup,siapkan 2 botol per orang, karena perjalanan ini sangat menguras tenaga kita. Baru setengah perjalanan aja sudah sangat melelahkan, untung semangat kami masih ada untuk melanjutkan setengahnya lagi, demi berendam di Segara Anakan.hahaha 

Tepat 1 jam perjalanan sampailah kami di Segara Anakan, dan kata pertama  yang keluar dari mulut kami...WOOOWW, Awesome......

Subhanallah, benar benar kreasi indah dari Sang Pencipta. Sebelas dua belas dengan tempat di negara sebelah.
Tanpa basa basi langsung kami lepas beban di pundak kami dan berenang ke segara. Air di segara ini sangat jernih,sayang rasanya tetap asin, yah namanya juga air laut, kalo manis ya air tebu...Oh iya ,saat berenang di sini jangan pernah menuju karang di pintu masuk air segara, pengunjung dilarang keras kesana,  meskipun kita sempat kesanan dan ditegur oleh guide, untung malunya udah kebuang jauh di hutan tadi jadi gak merasa malu,hehe dasar ndableg.

Setelah mandi kami mencoba melihat samudra di belakang tebing dan untuk kedua kalinya harus bilang... WOOOOWWW...It’s Amazing . Hamparan air di laut lepas berwarna biru tua dengan gulungan ombak besar menghempas karang, uapiiik poll pokoke rek. Siap siap jadi model dadakan nih, mumpung ada background yang keren, hehehe....
Tak terasa 1,5 jam kita di segara anakan, dan kita pun harus balik menuju tempat kapal bersandar, hah berjalan 1 jam lagi??? Andaikan ada tukang ojek disini pasti laris. Perjalanan balik pasti akan terasa lebih berat,tapi kami harus tetap  melaluinya, karena kami memang tidak berencana untuk menginap di sini. Dan benar perjalanan balik yang sangat berat hampir setiap 10 menit jalan kami selalu istirahat, itu lebih baik daripada akan terjadi apa apa jika dipaksakan. Pelan asal selamat, itulah semboyan kami, hingga kami sampai di tempat kapal sewaan kami bersandar dan bersiap membawa kami menyeberang lagi. Saatnya membersihkan diri, sholat dan pulang .Alhamdulillah tepat pukul 11 malam kita tiba di pandaan dengan selamat.
Segara Anakan, benar benar tempat yang indah, penuh pesona. Semoga ada kesempatan lagi untuk mengunjunginya!!!!

Kamis, 01 Maret 2012

Desa Tanpa Rokok


Sebuah desa yang patut di acungi jempol bagaimana tidak , Mungkin inilah desa pertama didunia yang menyatakan diri sebagai kawasan bebas rokok. Padahal desa yang terletak di lereng Gunung Latimojong pada ketinggian 1300 – 1500 meter dari permukaan laut tersebut tentulah daerah dingin. Biasanya orang merokok untuk mengatasi udara dingin itu.
Menurut Kepala Desa, Muhammad Idris, 44, larangan merokok itu kesepakatan warga desa sejak 2001. Meski 100 persen tidak ‘diundangkan’ secara tertulis, tetapi aturan itu sudah jadi baku dengan sendirinya, karena sejak awal merupakan norma.

Bahkan Larangan merokok di desa tersebut bukan cuma berlaku untuk warga desa. Orang luar yang masuk desa, tidak boleh mengepulkan asap rokok di Bonebone. Menteri Kesehatan dan Bupati Enrekang ketika masuk desa ini, menghormati aturan desa, dan mereka tidak merokok. “Maaf kepada para perokok dan terutama para produsen rokok, setelah kami kaji, rokok ini tidak ada gunanya. Aku punya otoritas mengatakan itu. Sebab, sejak usia SD saya sudah merokok dan berhenti setelah saya menyelesaikan studi S-1 pada 1990.” Demikian Idris..



Pencanangan kawasan bebas asap rokok merupakan inisiatif Kepala Desa Bone-Bone Muhammad Idris (45) pada tahun 2000. Kala itu, ia prihatin dengan banyaknya anak-anak usia SD hingga remaja yang merokok. Pemahaman tentang bahaya merokok minim mereka dapatkan mengingat kebiasaan tersebut dilakukan orangtua pada umumnya.

Mantan loper koran yang lulusan IAIN Alauddin itu pun menuangkan program kawasan bebas asap rokok dalam peraturan dusun (Status Bone-Bone baru berubah menjadi desa pada tahun 2008). Meskipun secara tegas telah melarang penjualan rokok di dusunnya, ia masih mengizinkan warga merokok di dalam rumah. Hal ini untuk "mengompromi" permintaan warga yang keberatan jika larangan merokok langsung diberlakukan di seluruh wilayah.

Setelah tahun 2003, warga tidak boleh lagi merokok di kawasan desa termasuk di rumah. Dalam kurun itu pula, setiap bulan, Idris bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang mengadakan penyuluhan tentang bahaya merokok bagi kesehatan.

Di sisi lain, toleransi juga berlaku bagi para pendatang saat awal mula penetapan kawasan tanpa rokok. Warga dari luar dusun diperbolehkan merokok selama tiga hari. Namun, mereka akan diminta pulang jika melanggar aturan tersebut. Saat ini pendatang sama sekali tak diperkenankan merokok jika berkunjung ke Desa Bone-Bone.

Secara bertahap, aturan larangan merokok juga disertai dengan sanksi. Warga yangketahuan merokok di kawasan desa wajib terlibat dalam kegiatan untuk kepentingan umum, seperti pembenahan jalan rusak, pembangunan fasilitas umum, dan pembersihan jalan. Sanksi ini dinilai cocok untuk mendidik warga ketimbang denda berupa uang tunai.



Bahaya merokok kian mendapat perhatian dari warga ketika Hanaki harus menjalani katerisasi jantung pada tahun 2005 di Malaysia. Menurut analisis dokter, penyakit Hanakiyang saat itu berprofesi sebagai tenaga kerja wanita terjadi akibat menjadi perokok pasif selama bertahun-tahun.

Kejadian yang menimpa Hanaki ternyata mengubah pola hidup warga secara signifikan. Selama tiga tahun terakhir, Desa Bone-Bone benar-benar bebas dari asap rokok. Warga mulai dari anak-anak hingga dewasa tak segan menegur siapa pun yang merokok di kawasan desa.

Menurut Idris, upaya mengawasi perilaku warga desa sejauh ini relatif lancar. Kondisi geografis desa yang terletak di dataran tinggi membuat bau asap rokok dapat tercium hingga radius sekitar 200 meter. "Saya juga tidak khawatir jika ada warga yang nekat merokok di dalam rumah karena anggota keluarga ikut mengontrol," ungkapnya.

Aturan bebas asap rokok turut memperbaiki kondisi kesehatan warga. Rahmatia, pegawai kesehatan di Desa Bone-Bone, mengatakan, dalam setahun terakhir tidak ada lagi wargayang menderita batuk berdahak akibat kebiasaan merokok. Penyakit influenza yang masih terjadi saat ini pada umumnya dipicu anomali cuaca.

Idris bersama warga juga menyepakati sejumlah aturan lain yang dibuat demi kemajuan desa. Sejak tiga tahun lalu, warga yang ingin menikah wajib menanam minimal lima bibit pohon surian (Toona sureni) di lahan masing-masing. Hal ini bertujuan menjaga kelestarian kayu surian yang biasa digunakan warga setempat sebagai bahan bangunan rumah.

Dua tahun berselang, muncul aturan yang melarang warga memelihara atau mengonsumsi ayam broiler. Kebijakan itu dipicu wabah flu burung yang menyebabkan puluhan ayam di Bone-Bone mati. Sejak itulah warga mulai mengembangkan peternakan ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan pangan saat bergotong royong membangun rumah ataupun acara syukuran.

Adapun aturan yang membatasi konsumsi makanan berbahan pengawet baru diterapkan mulai tahun ini. Toko kelontong milik koperasi desa tidak menjual penganan yangmengandung bahan kimia untuk penyedap rasa atau Mono sodium glutamat (MSG). Jajanan untuk anak-anak hanyalah cokelat, biskuit, dan kue buatan warga setempat, seperti wajik, donat, dan dange.

Masing-masing keluarga juga sepakat menyumbangkan uang Rp 3.000 untuk pembuatan bubur kacang hijau setiap bulan. Konsumsi bubur kacang hijau secara teratur diharapkan membantu perkembangan sel otak anak-anak dan menjaga stamina warga yang telah berumur.

Upaya yang telah dilakukan warga Desa Bone-Bone mulai menginspirasi beberapa desa di Enrekang, seperti Kendenan dan Kadinge. Kedua desa itu sudah mengukuhkan diri sebagai kawasan tanpa rokok sejak beberapa bulan lalu. Bupati Enrekang, La Tinro La Tunrung, juga berencana memunculkan desa bebas asap rokok lain di Kecamatan Ala dan Anggeraja mulai tahun depan.
"Saya berharap desa lain mengikuti apa yang telah dilakukan warga Desa Bone-Bone," ujar bupati yang berhenti merokok sejak tiga tahun lalu ini.

Pencapaian warga Bone-Bone ini terpilih sebagai salah satu praktik cerdas yangditampilkan yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) dalam Forum KTI V awal November lalu di Ambon, Maluku.
Apa yang telah dilakukan Idris dan kawan-kawan sebenarnya bukan hal baru.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Surabaya sudah lama mendambakan kawasan tanpa rokok di wilayah masing-masing. Namun, warga Desa Bone-Bone menunjukkan bahwa itu hanya dapat dicapai dengan kepemimpinan yang kuat dan komitmen bersama.

"Seha'ki yake e'da ta mappelo' mane (Tidak merokok itu sehat, Saudara)!"

Rabu, 07 September 2011

Arus Balik 2011 ( The Eighth Descendant)

Setelah kemarin dihidangkan catatan tentang arus mudik saatnya cerita pengalaman balik yang lebih seru ini ditulis. Ok langsung saja gak usah banyak kata-kata,langsung disimak ceritanya gan

Libur lebaran tahun 2011 ini terasa cepat berlalu,delapan hari di rumah berkumpul dengan keluarga terasa masih kurang,dan masih ingin menambah libur lagi.Ingin rasanya menghentikan waktu agar kita bisa lebih lama lagi di kampung halaman dan tidak segera balik ke tanah perantauan.Tapi,hidup itu adalah sebuah pilihan,ketika dompet kita kosong,maka pilihannya harus segera kita mencari isinya atau akan terus membiarkan selamanya tetap kosong.Dan pilihan bijak pertamalah yang harus dipilih untuk esok hari,balik ke kota pangkal perjuangan mencari secuil dari bongkahan berlian.
Hari ini, 3 September 2011,jam 11.40 WIB,dengan doa restu dari orang tua dan keluarga aku awali perjalananku ke barat.Rencananya aku akan naik kereta ekonomi jurusan Solo-Semarang (kereta yang cuma berangkat 2 kali perjalanan dalam sehari) dari stasiun solo balapan. Jarak rumah ke solo balapan sekitat 35 menit,kereta berangkat jam 13.00,saya pun berangkat dengan santai.
Setelah 15 menit berlalu di atas Jupe MX merah ( diantar oleh kakak pertama) ,aku ingat ada sesuatu yang tertinggal di rumah,ah benar ternyata sepasang shockbreaker dan kickstarter tidak ikut dalam barang bawaanku,sempat bimbang mau diambil atau nggak.Mengingat kurang begitu penting (non value added apa non added value ya?) maka saya tetap lanjutkan perjalanan saya menuju stasiun,karena nanti saya harus berhenti di tempat pengiriman barang untuk mengirim buah tangan dari Bajul Kesupen (baca : Boyolali).Sampailah kami di jalan raya Solo Boyolali,sedikit tersenyum lega saya berkata dalam hati,untung saja memilih naik kereta,kalo naik bis bisa-bisa ngompol di jalan nih nahan kencing gara-gara macet. Kondisi kendaraan padat merayap dan jalur pun sudah dialihkan menuju jalur alternatif.
Perjalanan masih berlanjut,setelah 35 menit seharusnya saya sudah sampai ke stasiun,tetapi saya baru sampai di tempat pengiriman.Tidak perlu berlama-lama,5 menit cukup ntuk mengurus proses pengiriman. Sambil melihat jam saya pun meminta kakak saya untuk lebih ngebut karena waktu yang tersisa sampai jam pemberangkatan  kereta tinggal 30 menit. Dan 12.50 kami pun sampai di stasiun balapan solo,kereta sudah menunggu siap untuk diberangkatkan,saya pun berpamitan dengan kakak saya.


Segera saja saya naik ke kereta pandanwangi,dan Caturo,Roberto,dan Apri sudah menunggu di ujung gerbong belakang berukuran satu meter persegi.Wah bakalan jadi turunan ke-8 nih selama 3,5 jam,mau duduk aja gak bisa,terpaksa upacara.Kereta penuh sesak,kami pikir kereta hanya akan berhenti di stasiun kecil untuk menurunkan penumpang saja bukan untuk menaikkan penumpang.Ternyata salah,hukum kereta ekonomi mengatakan  "Setiap menurunkan penumpang,harus ada penumpang yang naik yang lebih banyak menggantikannya".OMG mo di taruh dimana nih penumpang.udah penuh sesak,bau parfum mulai dari parfum pemikat wanita sampai minyak masuk angin pun bercampur,untung saja dapat tempat dekat jendela,jadi gak sempat jackpot. Dan,saat berhenti di stasiun ke-5 terjadi cek-cok antara penumpang yang nekat mau naik dengan Apri (satu kalimat singkat yang masih kami ingat yaitu "ORA ISOH"),tapi tidak sampai berlanjut,calon penumpang ngeyel itu akhirnya ngalah juga.


Akhirnya tepat jam 16.25 sampai juga kami di stasiun tawang,setelah perjalanan panjang dengan pemandangan bukit-bukit gersang ( meskipun ada dua bukit yang enak dipandang dan  lumayan menyejukkan mata karena tidak segersang yang lain) dan hutan jati.Selesai sudah pengalaman menjadi keturunan kedelapan (the eighth descendant).Tak lupa kami menjalankan sholat dulu sebelum melanjutkan jalan2 kita ke kota Semarang (masih tersisa lumayan banyak waktu,sayang kalo dipakai buat melamun di stasiun).
Sesuai rencana kami pun memilih kawasan Simpang Lima sebagai tempat singgah sementara kami. Taxi kami pilih sebagai pengantar kami berempat menuju tempat yang menjadi ikon kota Atlas tersebut. Dengan menggendong ransel yang terisi penuh barang bawaan,kami menjelajahi CitraLand dan Matahari ,mall yang terletak di simpang lima.Setelah capek berjalan, kami memutuskan untuk istirahat dan sholat di masjid Baiturrahman (masjid besar di simpang lima). Selesai sholat kami lanjutkan malam ini dengan menikmati makan malam, lesehan di pinggir ruas jalan simpang lima. Diiringi dengan nyanyian pengamen yang setiap 30 menit beresar dengan orang yang sama kami pun menyantap makan malam kami (aku dan apri memilih tahu gombal eh tahu gimbal dan catur ama pandu memilih nasi kucing).Tak dinyana dan tak disangka ada pengamen yang mirip Mariah Carey menyanyikan lagu How Do I Live dan dengan antusias Caturpun langsung pasang kuda-kuda mengambil uang lembaran untuk pengamen tersebut dan dibalas dengan ucapan Terima kasih ya Say !!! 
Simpang Lima

Mariah Carey

Tak terasa jam sudah menunjukkan 19.30,sudah waktunya kembali ke stasiun Tawang. Sepuluh menit waktu yang kami butuhkan untuk sampai di stasiun Tawang. Kami pun mencari si kecil Yudi,karena tiket kereta kami dipegang oleh dia,dan setelah ketemu tak lupa kami bersalaman dengan Yudi yang agak jaim karena ada cewek dan camernya (cocok dipanggil Yudi Jaim nih ,hehehe ). Dan setelah menunggu, tepat jam 20.30 kereta eksekutif jurusan Bandung diberangkatkan.Karena kecapekan habis upacara,memandangi bukit dan pohon jati  dan terakhir jalan - jalan di simpanglima kami pun langsung tertidur pulas dan dibangunkan oleh kru kereta untuk turun di stasiun Cikampek.Jam 03.00 kami melanjutkan perjalanan menuju rumah dan kos kami diantar oleh angkot biru.

Sebuah pengalaman yang sangat berharga,dimana kita belajar untuk berbagi , menghargai orang lain, disiplin dan banyak pelajaran yang akan sangat berharga dalam perjalanan hidup kami untuk menjadi yang lebih baik........ 

Minggu, 04 September 2011

Tilik Simbok 2011

Hey..hey..apakabar semua bagaimana liburan lebaran kalian,sebelumnya saya ucapkan met lebaran,maaf lahir batin.Setelah lama vaccum membuat cerita saatnya saya menuliskan pengalaman mudik saya di tahun ini. Ok monggo langsung disimak dan di comment,hahaha.


Tilik simbok tahu ini terasa sangat mengesankan,setelah 3 tahun berturut-turut mudik dari karawang tanpa usaha,dua kali ditanggung ama perusahaaan (terima kasih buat PT.HMS semoga semakin jaya) dan tahun 2010 bareng odong-odong merah (Accord Cielo).Kalo dulu gak perlu repot-repot nyari tiket,nah tahun ini harus usaha sendiri dan bareng teman-teman daerah Solo dan Semarang.Setelah berpikir,akhirnya dipilihlah kereta api sebagai pengantar kami ke kampung halaman (thanks for Yudi  untuk booking tiket harina eksekutif PP Semarang-Bandung via Stasiun Cikampek). Tiket harus dipesen  40 hari sebelum hari H lebaran,dan tentunya dengan harga dua kali lipat dari hari biasanya,lumayan menguras THR yang sudah dipotong dulu oleh pemerintah (terima kasih buat pemerintah,lain kali motongnya jangan banyak2 ya ).

Setelah menunggu akhirnya H-4(hari terakhir kami kerja) kami berangkat menuju stasiun cikampek dengan menggunakan angkot pribadi. Pertimbangannya dengan memakai angkot yang sopirnya dari daerah stasiun,mereka pasti tahu jalan tikus,apabila tercebak macet di daerah cikampek (terkenal macet parah jika mendekati hari H lebaran).Meskipun harus merogoh kocek sedikit lebih mahal,kami sangat lega karena nyampe di stasiun 2 jam sebelum jadwal keberangkatan kereta (masih sempat untuk tarawih dan makan bakso,hehe).Dan tepat pukul 22.30 keretapun datang dan kami langsung naik mencari tempat duduk kami 8A,B dan 9 A,B,C,D.


Alhasil perjalanan dari cikampek ke semarang ditempuh dengan waktu 6,5 jam,dilanjutkan naik bus Semarang-Solo dengan waktu tempuh 2-3 jam. Di bus inilah kami berpisah,aku harus turun di Boyolali dan tak lupa menyalami mereka dulu yang masih melanjutkan perjalanan ke rumahnya.Semoga selamat sampai tujuan dan salam buat keluarga.


Senin, 22 November 2010

Penghuni gedung belahan pantat

Senin,21 November 2010,selepaas pulang kerja aku luangkan tulisan iseng ini.Setelah membaca berita di DetikNews.com yang berjudul Pengakuan Anggota BK DPR Soal Kunjungan ke Turki yang Mencla-mencle terbesit dalam pikiran ini,betapa bobroknya lembaga pemerintahan kita.
Ingatkah anda selama di Sekolah Dasar kita sudah dicekoki dengan pelajaran kewarganegaraan bahwa kita sebagai warga negara Indonesia mempunyai wakil rakyat yaitu DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Nah ternyata setelah dipelajari secara mendalam ternyata  kepanjangan yang sebenarnya adalah Dewan Penipu Rakyat.
Penyebab dari perpindahan arti dari perwakilan rakyat menjadi penipu rakyat tak lain adalah bentuk dari gedung yang mereka huni. Sadarkah anda bahwa bentuk gedung DPR sangat jorok,coba anda lihat secara teliti,ternyata bentuk gedung tersebut berupa BELAHAN PANTAT. Dari luarnya saja sudah seperti itu,gak bisa dibayangkan apa isi di dalamnya.
Tak ayal bahwa penghuni di dalam gedung tersebut kebanyakan berisi orang yang berakhlak,bermental dan bermoral seperti isi dari belahan pantat. Bahkan dari berita di sumber yang ada, katanya mulutnya anggota DPR itu mencla mencle, bisa diibaratkan dubur ayam,gak jauh dari pantat juga kan???hehehehe. Meskipun ada juga yang masih mempunyai jiwa sebagai wakil rakyat yang sebenarnya (salut dech buat bapak-ibu yang masih punya jiwa ini).

Salah satu cara untuk mengembalikan arti DPR menjadi sebuah wakil rakyat yang benar-benar mewakili rakyatnya adalah dengan mengganti bentuk gedung, dan memindahkan letaknya. Kita bisa belajar dari desain palm di Dubai yaitu Jabal Ali Palm atau Palm Jumeirah. Setidaknya palm sendiri mempunyai filosofi sebagai pohon mampu melindungi dan menyejukkaan orang yang ingin berlindung pada pohon tersebut. Secara geografis dari design palm yang ada rata-rata di pinggir laut,setidaknya kalo ada gempa, yang di sekitar lautlah yang akan menjadi korban pertama kali,kalo ada korupsi tinggal melempar ke laut, sebagai makanan hiu atau ubur-ubur. Dengan begitu maka mereka akan jera dan benar - benar akan menjadi wakil ataupun pemimpin yang dikehendaki oleh rakyat,pimpinan yang mengemban amanah rakyat,pimpinan yang BERANI MATI untuk RAKYAT.

Minggu, 17 Oktober 2010

Curhatan sang penjual sego kucing

Malam ini terasa sangat dingin,pulang kerja ngebut bareng si ijo tanpa jaket.Demi memanjakan mata yang sudah mulai sipit dari jam 9 tadi.Lagipula besok masuk nonshift jadi mau gak mau pengen cepet-cepet nyampe rumah.
Tapi pas nyampe belokan badami koq langsung muncul hasrat pengen menghangatkan badan dulu dengan segelas susu jahe di Angkringan bunderan (favorit ane bila masuk shift 2).Dan akhirnya kesampaian juga,si ijo dengan jinak bisa dikuasai untuk diajak mampir sejenak.
"Mas,susu jahe setunggal nggih",pesanku pada sang penjual sego kucing.Sampil menunggu pesanan aq santap sebungkus nasi kucing dan mendoan,tak lupa sate ampela ati ikut dalam daftar santapan malamku.Akhirnya pesananku datang juga ,dan sambil menikmatinya,aku ajak sang penjual ngobrol-ngobrol.
Berawal dari pertanyaan kenapa nasinya jam segini belum habis dan berujung pada curhatan dari sang penjual. Ternyata tanpa sengaja sang penjual bercerita bahwa usahanya itu lumayan menggiurkan,maka tak heran kalo perkembangan sego kucing (angkringan) di Karawang ini sangat cepat. Dulu saat pertama kali menginjakakan kaki di kota ini baru ada 4 penjual sekarang sudah mencapai sekitar 10.
Bahkan sang penjual sempat menawariku untuk ikut terjun di dunia sego kucing,dengan cara mempekerjakan orang dengan gaji IDR 1.XXX.XXX.Yah mungkin secara logika kalo berani menggaji orang sebesar itu berarti untungnya bisa 3-4Xnya.Benar-benar diluar perkiraanku.Tapi kalo dipikir-pikir memang cocok dengan resikonya begadang tiap hari.Salut buat sang penjual sego kucing,4 jempol sekaligus buat Anda.
Gak rugi menikmati susu jahe dan sego kucing buatan anda di malam ini.

Sabtu, 18 September 2010

Kampoeng Lele


Ditemani segelas es sirup melon malam ini aku mencoba mengenang tentang kampungku yang seminggu lalu aku tinggalkan.Suasana kampung masih terasa dan seakan memintaku berkata dalam hati seharusnya kemarin bisa tinggal lebih lama lagi.Tapi  ada lebih penting daripada  sebuah keinginan yaitu sebuah profesionalisme.

Anda mungkin pernah melihat tayangan di TV swasta ,sebuah kampung dengan mata pencaharian penduduknya adalah sebagai peternak lele.Desa itu adalah Tegalrejo dengan kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Dikarenakan komoditas ikan lele yang banyak,yang memasok ke kota besar Semarang,Jogja bahkan sampai ke Jakarta,maka desa itu dikenal sebagai Kampoeng Lele.
Sejarah dari Kampunglele yaitu dahulu kala sekitar tahun 1995 ada sekumpulan pemuda yang iseng beternak ikan lele di sebuah kolam kosong,tetapi karena terbatasnya dana maka mereka tidak melanjutkan usaha meraka. Pada saat itu juga ada warga lain yang cukup berada mencoba beternak lele dengan kapasitas yang lebih besar.
lambat laun usaha orang itu semakin berkembang dan warga yang lain pun serta merta mengubah lahan sawah mereka menjadi kolam dan beternak lele.
Setelah beberapa tahun berjalan,dan semakin banyak warga yang mempunyai usaha ternak lele (sekitar 75 %) maka ,kepala desa berinisiatif mengajukan proposal untuk pinjaman dana,dimana pinjaman dana ini ditujukan untuk orang yang kurang mampu,meskipun akhirnya dana tersebut hanaya jatuh ke tangan orang yang mampu,yang tidak mampu cuma bisa gigit jari.
Dan saat itu juga Bupati melakukan kunjungan dengan departemen perikanan dan akhirnya disetujui pinjaman tersebut.Tetapi dari pihak pemerintahan tersebut meminta kepada warga agar warga tidak hanya bisa menjual lele dalam kondisi konsumsi tetapi juga dalam bentuk olahan.Mereka diajarkan membuat berbagai macam olahan produk makanan berbahan lele,mulai dari keripik lele,rambak lele,abon lele,nugget lele bahkan ada juga bakso lele.Sebagai info kampung ini bisa menghasilkan 10 ton ikan lele perharinya dan juga menghasilkan ikan gurami meskipun kapasitasnya tak sebesar ikan lele.
Setelah kunjugan dari pregawai pemerintahan,puncaknya pada tangga 20 Februari 2007 ada kunjungan dari Presiden SBY ke desaku (sumber:http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/02/20/1581.html) .Tujuan kedatangan Presiden adalah meresmikan Kampoeng Lele dan melihat secara langsung bantuan yang telah diserahkan oleh pemerintah.Bersamaan dengan itu,orang nomor satu di Indonesia tersebut juga memberikan bantuan untuk pengeboran sumur artesis (nah ini yang bikin betah di rumah,airnya sangat jernih dan dingin) dan juga pembuatan pabrik untuk usaha olahan produk dari bahan ikan lele.Dan setelah kunjungan presiden,sampai saat ini banyak kunjungan dari sekolahan atau lembaga pendidikan yang berdatangan ke desa ini.
Sungguh bangga aku terlahir di desa ini.......bangga sebagai putra Kampoeng Lele.